FITNESS & HEALTH

Mengenal Happy Hypoxia Syndrome, Gejala Baru Pasien Covid-19

Raka Lestari
Kamis 27 Agustus 2020 / 10:06

Jakarta: Salah satu gejala baru yang dialami oleh pasien yang terinfeksi covid-19 adalah happy hypoxia syndrome. Kondisi ini terjadi ketika kadar oksigen pasien berada pada level sangat rendah atau hipoksia yang biasanya menyebabkan sesak nafas.

“Happy hypoxia syndrome ini bukanlah hal baru atau spesifik hanya pada covid-19 saja, tetapi itu bisa saja dialami saat terjadi infeksi paru, entah itu disebabkan karena virus atau tidak,” kata Dr Udit Chaddha, asisten profesor paru, perawatan kritis dan pengobatan tidur di Icahn School of Medicine di Mount Sinai Hospital, New York.

Dr David Hill, spesialis paru di Waterbury, Connecticut dan juru bicara American Lung Association, menambahkan bahwa happy hypoxia syndrome terjadi ketika area paru-paru pasien memiliki ventilasi cukup normal, tetapi ada penyakit yang menyebabkan kadar oksigen mereka berada dalam level rendah.

“Pasien yang mengalami hipoksia ini pada umumnya memiliki fungsi paru-paru yang cukup baik dan bekerja dengan baik seperti mampu mengeluarkan karbon dioksida dengan baik, sehingga mereka tidak mengalami sesak napas,” tambah Dr Hill.

embed

(Happy hypoxia syndrome terjadi ketika kadar oksigen pasien berada pada level sangat rendah atau hipoksia yang biasanya menyebabkan sesak napas. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)

Dr Chaddha mengatakan bahwa kasus happy hypoxia syndrome ini cukup banyak terjadi pada pasien covid-19. “Dari 10 orang, biasanya ada 2 sampai 4 pasien yang mengalami happy hypoxia sampai batas waktu tertentu,” katanya.

Meskipun demikian, happy hypoxia syndrome tidak menentukan keparahan dari infeksi covid-19. “Misalnya pasien A mengalami hipoksia sedangkan pasien B tidak mengalaminya. Itu tidak berarti bahwa pasien A lebih baik atau lebih buruk, atau pasien B lebih baik atau tidak,” ujar Dr Chaddha.

Happy hypoxia syndrome biasanya tidak dilakukan perawatan dalam jangka waktu lama karena ketika mereka mengalami sesak napas, tetapi langsung mendapatkan perawatan medis. 

“Selain itu, banyak pasien yang juga mengalami tanda-tanda lain dari covid-19, sehingga langsung dilakukan perawatan di ruang gawat darurat,” tutup Dr Chaddha.


(yyy)