Jakarta: Banyak yang mengenang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) setiap tahunnya. Seperti lomba 17-an, atau memasang bendera di depan halaman rumah.
Tapi ada satu komunitas yang dengan total mengenang kemerdekaan RI. Bahkan hingga dibuatkan drama teatrikalnya yang nyaris mirip seperti pada era itu.
Komunitas itu bernama Front Bekassi, yang diusung oleh Randy Wirayudha, Beny Rusmawan, dan Nurkholis Wardi. Mereka punya cara unik agar sejarah kemerdekaan tak hilang begitu saja.
"Komunitas ini sebagai wadah belajar sejarah dengan cara yang lebih interaktif terkait sejarah revolusi fisik di Jakarta dan Bekasi," ucap Randy kepada Gaya.id.
Aktif membuat teatrikal
Randy mengenang, zaman dahulu Bekasi merupakan bagian dari Karesidenan Djatinegara. "dan konflik bersenjata skala besar di ibukota adanya di Bekasi," kenangnya.
Sedangkan Jakarta, katanya, pada saat itu menjadi kota diplomasi setelah ditarik garis demarkasi di Kali Cakung. Tepatnya usai sekutu datang ke Indonesia.
Komunitas yang dibentuk sejak 14 November 2014 ini pun menghargai sejarah dan aktif membuat teatrikal.
Selain teatrikal atau sosiodrama, Komunitas Front Bekassi juga sering menemui para veteran atau pejuang untuk bisa tetap menjalin silaturahim. Khususnya setiap Hari Raya Kemerdekaan Indonesia alias Agustus-an.
"Kami patungan untuk kasih bingkisan buat para veteran yang masih hidup," ungkapnya.
Berbagi kisah perjuangan juga dikemas dalam sebuah tulisan blog. Randy dan pengelola komunitasnya itu membuat tulisan hasil wawancara dengan para veteran.
Suka duka pelestari sejarah
Upaya unik yang dikemas dengan teatrikal bukan perkara mudah. Randy dan kawan-kawannya melalui beragam peristiwa suka dan duka. Seperti merelakan waktu tidur mereka demi menyiapkan rangkaian acara dan mengerahkan tenaga.
Kejadian tak terlupakan baginya ialah, ketika menyiapkan gelar teatrikal Pertempuran Sasak Kapuk di Pondok Ungu, Bekasi, tahun 2014 dan 2015. Timnya yang berperan sebagai musuh dari Pejuang Indonesia, mengenakan seragam pasukan tentara yang dikerahkan Belanda untuk bertahan menjajah Indonesia atau KNIL.
"Pernah juga diteriakin 'Belanda Bangsat' hanya karena berseragam KNIL. Padahal yang namanya teatrikal kan tetap harus ada musuhnya pejuang. Ya seperti di film-film saja," jelasnya.
Silaturahmi dengan komunitas lain
Randy mengatakan, siapapun bisa bergabung menjadi bagian dari komunitas ini. Caranya, mengikutsertakan diri dalam page Facebook Front Bekassi.
Bukan hanya mengadakan kegiatan dengan antar-anggota di satu komunitas, tetapi ada juga kegiatan dengan komunitas lain. Salah satunya, silaturahmi yang selalu dilakukan.
"Biasanya tiap-tiap ketuanya tergabung di grup Whatapp reenactor se-Indonesia. Lazimnya sekadar tegur-sapa, dan sering bertukar informasi/data/hasil riset tentang sejarah," ungkap Randy.
Ada juga kolaborasi antar komunitas. Hal ini biasanya diadakan setiap Agustus, mereka membuat teatrikal di Munasprok (Museum Naskah Proklamasi) dengan Komunitas Bangor & IDR (Indonesian Reenactors).
"Setiap tahun juga selalu datang meramaikan acara komunitas sejenis, di Bandung, Jogja, dan Surabaya selaku undangan. Setiap komunitas yang membuat acara sudah pasti mengundang komunitas-komunitas lain dari luar kota," tuturnya.
"Kegiatan lainnya, kami pernah mewawancara tokoh Tionghoa di Pecinan Bekasi, yakni saksi mata Bekasi Lautan Api, Desember 1945," tutup Randy.
(afd)