Jakarta: Covid-19 ternyata dapat menyebabkan kerontokan rambut pada pasien-pasien yang terinfeksi. Meskipun, virus corona baru tersebut pada dasarnya menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, tapi pada beberapa pasien yang sembuh dilaporkan mengalami kerontokan rambut pada masa penyembuhan.
Dan faktanya, menurut Amesh A. Adalja, MD, seorang dokter ahli infeksi penyakit menular dari John Jopkins Center for Health Security, ini bukanlah hal yang mengejutkan. Setelah mengalami stres psikologis, ada kondisi yang dapat memengaruhi siklus pertumbuhan folikel rambut.
“Hal itu disebut dengan telogen effluvium, dan hal itu juga bisa ditemukan setelah seseorang mengalami beberapa penyakit lainnya seperti malaria dan TBC. Telogen effluvium biasanya akan terlihat sekitar tiga bulan setelah kejadian yang membuat stres tersebut dan bisa terjadi pada wanita maupun pria," katanya.
Seorang dermatologis, Angelo Landriscina, MD, juga menjelaskan bahwa kerontokan rambut jenis ini tidak hanya terjadi pada saat tubuh mengalami stres secara fisik, tetapi seluruh peristiwa kehidupan, seperti pemicu psikologis yang serius yaitu kehilangan orang yang dicintai.
(Setelah mengalami stres psikologis, ada kondisi yang dapat memengaruhi siklus pertumbuhan folikel rambut. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
Memang pada dasarnya kerontokan rambut adalah sesuatu yang normal. Menurut American Academy of Dermatology (AAD), seseorang biasanya mengalami kerontokan rambut sebanyak 50 – 100 helai rambut per harinya. Namun, kerontokan rambut dalam jumlah yang signifikan atau berlebihan bisa disebabkan karena telogen effluvium tersebut.
“Banyak orang dengan covid-19 menjadi sangat sakit dan mengalami demam tinggi serta gejala lainnya, yang kita tahu dapat dihubungkan dengan elogen effluvium. Kita juga tahu bahwa hormon kortisol atau hormon stres akan dikeluarkan dalam jumlah yang tinggi ketika mengalami penyakit yang berat dan kortisol dapat berdampak pada struktur rambut," jelas Dr Landriscina.
Kristen Lo Sicco, MD, asisten profesor dermatologi di NYU Langone Health, menambahkan bahwa covid-19 jelas-jelas dapat menyebabkan kita merasa stres, dan tidak hanya menyebabkan stres fisik karena tubuh mengalami infeksi.
“Pandemi ini menyebabkan berbagai jenis stres selain penyakit itu sendiri, seperti stres finansial, kematian orang yang dicintai, dan masalah yang berkaitan dengan anak,” tutupnya.
(yyy)