Jakarta: Menyusui menjadi tantangan tersendiri bagi ibu yang baru melahirkan. Beragam masalah pun bermunculan mulai dari puting yang lecet, pecah atau berdarah. Saluran ASI yang tersumbat, payudara bengkak, hingga infeksi jamur.
Namun, bukan hanya itu lho. Dr. dr. Naomi Esthernita F. Dewanto, Sp.A(K) selaku Pemimpin NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk, menyebutkan ada empat kendala psikologis yang juga kerap dialami para ibu menyusui saat memberikan ASI eksklusif, seperti:
1. Keluarga tidak mendukung
Ketika, ada keluarga yang tidak mendukung si ibu untuk menyusui anaknya, ini menjadi kendala besar. Hal ini akan memengaruhi pola pikir dan mental si ibu. Apalagi, saat hendak menyusui anak pertama atau sedang belajar menyusui.
"Karena masih awal mungkin posisinya tidak tepat. Tetapi, ketika orang tua melihat bayi nangis, menganggap ASI si ibu tidak ada dan akhirnya menyarankan ibu agar memberikan susu sapi. Di situ keluarganya saja tidak mendukung," ujar Dr. Naomi dalam webinar Support Breastfeeding for Healthier Planet.
Menurutnya, mungkin anggota keluarga tersebut memiliki pengetahuan yang kurang tentang pentingnya ASI bagi bayi. Selain itu, mereka juga tidak tahu bahwa di hari pertama atau kedua setelah melahirkan, ASI yang sulit keluar itu merupakan hal yang normal.
"Karena ASI akan keluar banyak itu setelah 40 jam melahirkan," jelasnya.
2. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan juga bisa menjadi kendala dalam pemberian ASI oleh ibu menyusui. Sebab, terkadang tenaga kesehatan di rumah sakit bersikap kurang ramah atau tidak sabar dalam mengajari ibu menyusui.
"Atau tenaga kesehatannya sendiri kurang berpengalaman, sehingga tidak memberikan support kepada si ibu," papar dr. Naomi.
(Keberhasilan wanita dalam menyusui 2,5 kali lebih berhasil jika dilindungi atau didukung orang-orang di sekitarnya. Foto: Ilustrasi. Dok. Freepik.com)
3. Ibu kurang aktif
Fisik dan mental ibu menyusui sangat penting diperhatikan, karena berpengaruh pada produktivitas ASI. Maka, ibu harus aktif dalam mengumpulkan informasi atau pengetahuan seputar laktasi.
"Sejak hamil sebenarnya si ibu harus ada dua kali konsultasi laktasi untuk persiapan fisik dan mental. Apalagi, kalau bayinya sakit atau masuk NICU. Ibunya akan stres dan memicu menurunnya produksi ASI. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang," tutur Dr. Naomi.
4. Pendapat negatif orang lain
Dr. Naomi menuturkan menurut penelitian, keberhasilan wanita dalam menyusui 2,5 kali lebih berhasil jika dilindungi atau didukung orang-orang di sekitarnya. Hal ini termasuk orang selain keluarga si ibu menyusui. Penting sekali seorang ibu diberitahu hal positif bahwa ASI itu penting.
"Masyarakat juga perlu memberikan pengetahuan dan masukan yang baik dan benar. Jangan sampai masyarakat termakan sponsor-sponsor yang akhirnya mendesak ASI untuk kalah. Itu banyak sekali iklan yang berpengaruh hingga membuat ASI-nya tidak eksklusif," pungkasnya.
(yyy)