Jakarta: Film “Parasite” yang baru-baru ini berhasil banyak mendapat penghargaan memang banyak mendapat banyak karena berhasil mendapatkan penghargaan Oscar. Film karya sutradara Bong Joon Ho ini menceritakan mengenai kesenjangan antara masyarakat kelas atas dan kelas bawah di Seoul, Korea Selatan.
Salah satu daya tarik pada film ini tentunya adalah rumah yang menjadi bagian penting dalam film ini. Lee Ha Jun, production designer dalam film ini menceritakan bagaimana proses belakang layar dalam membuat rumah bergaya modern yang ada di film ini.
“Production designer adalah orang yang bertugas untuk menerjemahkan apa yang ada dalam naskah untuk bisa dilihat secara visual, sehingga peran ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Saya memiliki filosofi bahwa set syuting sebisa mungkin harus terlihat natural,” tuturnya.
Ia mengaku mendapat inspirasi dalam membuat rumah tersebut dari mainan Lego anaknya dan bahkan dari tahu yang dibuat oleh istrinya.
(Desain rumah di film Parasite tidak semuanya asli. Tapi menariknya, salah satu properti asli yang mahal adalah tempat sampah seharga USD 2500 (lebih dari Rp35 juta). Sang production designer Lee Ha Jun benar-benar brilian. Foto: Dok. Dezeen)
“Ketika kita mengukus tahu dan mengeluarkannya, maka tahu akan menjadi sangat rapuh. Dan ketika kita memotongnya dengan pisau, potongan-potongan tahu tersebut akan ada yang berjatuhan dan ada yang tetap bisa berdiri. Susunan itulah yang memberi saya ide,” tutur Ha Jun.
Selain pembuatan rumah, Ha Jun juga memerhatikan setiap detail dari properti yang digunakan selama pembuatan film. Salah satunya adalah tempat sampah seharag USD2500 (lebih dari Rp35 juta) yang digunakan dalam rumah Mr. Park, salah satu tokoh utama dalam film tersebut.
“Dan properti paling mahal yang digunakan adalah lukisan karya Park Seung Mo. Lukisan tersebut dipajang untuk memenuhi seluruh dinding rumah. Harganya sangat mahal, saya tidak bisa menceritakan harganya,” tutur Ha Jun.
Ha Jun menambahkan, “Dan untuk properti dengan harga yang paling murah kemungkinan adalah properti yang ada di dalam rumah Ki Taek. Properti tersebut pada dasarnya memang gratis,” tutur Ha jun.
“Meskipun hasil karya saya itu tidak bisa dilihat dalam dunia nyata, faktanya adalah karya saya tetap ada di film itu. Sehingga jika saya ingin melihatnya kembali, saya bisa kembali memutar film itu saja,” tutupnya.
(tin)